STUCK

asdfghjkl.


Hmmm...
Help gaess!

Malam ini saya benar-benar buntu.
Draf yang saya siapkan masih lumayan banyak. 
Yang seharusnya tinggal saya kembangi.
Tapi entah kenapa rasanya seperti mandek gitu. 

Begini, sebenarnya blog ini ingin saya isi dengan kisah perjalanan saya dari awal hingga saat ini dengan dia yang saya sebut-sebutkan di dalam postingan blog saya yang kemarin-kemarin.

Hehe.. 
Iyaa looh iyaaaa..

Kisah saya dengan dia Alhamdulillah masih berlanjut sampai sekarang.

Nah jadi draf-draf saya di blog ini sebenarnya sudah lumayan banyak yang berisikan ide pokok dari kisah-kisah inti perjalanan kami dari awal. Cuma tinggal dikembangkan saja menjadi lebih rinci. Namun saya tidak paham juga, mengapa dua malam ini terasa sulit sekali saya lakukan. 

Padahal tinggal ngembangin aja Yaa Allah, tolong:"

Yah sudah lah, malam ini tidak apa-apa kan, sesekali keluar alur?

———————————————————

Jadi ceritanya malam ini, saya dengan dia ada rencana kecil-kecilan gitu. 

Sebenarnya berawal mula dari beberapa hari lalu, dia yang iseng mau buat kejutan —katanya— buat saya.

Jadi hari itu saya dengan dia yang lagi gabut, akhirnya memutuskan bermain ToD, itu loh permainan Truth or Dare. Pasti udah pada tau kan? Saya jelaskan sedikit, jadi permainannya itu bergilir, nanti ketika ada yang mendapat giliran, orang tersebut akan diberi pilihan untuk memilih antara kejujuran atau tantangan. Garis besarnya begitu lah. Kalau mau tau lebih lanjutnya monggo searching saja di Mbah Sejuta Umat. 

Okee lanjut~

Nah datang lah giliran saya. Saya memilih untuk diberi tantangan, jadi saya ini kan memang lumayan suka menyanyi, hingga akhirnya dia pun memberi saya tantangan untuk bernyanyi dan dikirimkan padanya. Dan ternyata di pikirannya tercetus ide untuk memberi kejutan. Jadi konsepnya adalah, saya nyanyi dan direkam, kemudian dikirimkan ke dia, nah nanti dia akan mengedit rekaman suara saya bernyanyi itu menjadi sebuah video sejenis cover song begitu. 

Kemudian singkatnya, niat dia mengejutkan saya itu ketauan sama saya, dan membuat kami malam ini malah jadi serius mau membuat cover song. 

Hahaaa, ya sudah lah, hitung-hitung menciptakan kenangan bersama.

Hari ini kita mulai membuat konsep, lalu mulai melakukan try and error, kemudian barulah besok kita akan mulai eksekusi serius.

Entahlah akan bagaimana jadinya. 
Jadi tidak sabar, hihi. 

 
~

ANAK TENGAH

Kangen Kamar Saya. 
 
Saya memang bukan tipe anak yang mampu menampakkan wujud nyata perhatian saya terhadap orang lain.
 
Saya bukan tipe anak yang kalau diberi nasehat bakal pasang wajah bersalah.
 
Saya bukan tipe anak yang bisa seenaknya dilarang mengenai kemana saya harus melangkah.
 
Saya bukan tipe anak yang bisa dengan mudah disuruh-suruh.
 
Saya bukan tipe anak yang akan diam, dikala saya merasa benar, namun malah disalahkan.
 
Saya bukan tipe anak yang akan berusaha terlihat sempurna didepan siapapun.
 
Saya bukan tipe anak yang bakal banyak omong demi mencairkan suasana.
 
Saya bukan tipe anak yang bakal memasang ekspresi terbaik saat dimintai bantuan.
 
Ini saya, si datar, ga berekspresi, yang ekspresi bawaannya sinis, hingga kadang kala sering disalah artikan.
 
Bisakah kalian lihat?
 
Ini saya, bukan dia, atau yang lainnya.
 
Jadi, tolong stop membandingkan saya dengan orang lain.
 
Saya sudah muak.
Terima kasih.


—Ttd Anak tengah yang selalu dituntut sempurna.


Minggu, 11 Agustus 2019.
Metro, Lampung.
18:46.
IF.

———————————————————
 
~

MOTIF PERUBAHAN

Miong PKOR Bandar Lampung.

 
Jangan merubah diri mengikuti pendapat orang lain, karena mengikuti pendapat orang lain tidak akan pernah ada habisnya.

Jangan merubah diri demi seseorang, karena hal itu akan sia-sia jika orang yang kau jadikan dasar berubah telah pergi meninggalkanmu.

Jadi, berubah lah demi dirimu sendiri, karena hal ini mampu menjadi alasan terkuatmu untuk benar-benar meninggalkan kebiasaan lama, demi hal baik teruntuk dirimu di kedepannya.

Jangan benarkan hal yang biasa,
Tapi biasakanlah hal yang benar.

Selasa, 06 Agustus 2019.
Metro, Lampung. 
19:11.
IF.

———————————————————
 
~

TEMBOK

 
Pict Pemanis.
Kalau sedang ada masalah, coba kamu duduk dilantai, mepet tembok, posisikan tembok di kanan, atau di kiri kamu, kemudian sandarkan kepala kamu ke tembok, lalu menangislah sekencang-kencangnya, luapkan semuanya, sampai akhirnya tangisanmu terhenti sendiri, rasakan sensasinya.

(Saran waktu dan lokasi: sore-sore, di ruang kelas, saat semua murid sudah pada pulang)

Senin, 29 Juli 2019.
Metro, Lampung.
16:41.
IF.
 
————————————————————

Saya ingat-ingat lagi, sebelum kalimat di atas saya tuliskan, saya dengan dia pernah ada sedikit krikil perjalanan. (ini salah satunya ya, dulu banyak soalnya krikil semacam ini, sampai yang batu besar saja ada, cuma yang kali ini lumayan berakhir dramatis) 

Yang saya juga mulai sadari...
Sebelum tiba pada tanggal yang tertera di atas, saya sedikit yakin bahwa bukan cuma saya saja yang mulai merasa ada yang berbeda di antara kami.


(biarkan saya menarik nafas sebentar)


Namun sebisa mungkin saya masih tetap berusaha untuk menepis. 
Saya tidak mau mengacaukan hari-hari menyenangkan ini, hanya dengan meng-iya-kan apa yang sudah saya hindari sejak awal. 

Saya akan percayai ini semua jika memang saya sudah benar-benar yakin dari pihak dia juga merasakan hal serupa. (walau entah bagaimana caranya) 

Ehm, kembali lagi pada krikil perjalanan. 
Tidak mengerti apa yang dia pikirkan malam itu, dia aneh.
Mengatakan hal membingungkan. 
Yang tentu membuat saya penasaran dan bertanya tanya "Sebenarnya ada apa?"

Setelah mengatakan:
[28/7/2019 21:31] 
Kamu ngerasa ada yg beda ga si?

Membuat saya balik bertanya apa yang dia maksud berbeda. Dan yang saya dapati hanya elakkan darinya. Dia malah minta ganti topik. Dan setelah sedikit saya desak agar dia menjelaskan maksud sebenarnya, balasan yang saya dapat malah;

[28/7/2019 22:00] 
Aku tau apa yg kamu pikirin
[28/7/2019 22:00] 
Suatu saat kamu pasti tau jawabannya
[28/7/2019 22:01] 
Maaf, kalo aku jadi kek gini sekarang

(Heeloooo mas, siapa yang ga makin penasaran dan kesal kalau malah digituin)

Saya makin mendesak dia dong. Lalu;

[28/7/2019 22:03] 
Kamu udah tau apa yg aku maksud
[28/7/2019 22:03] 
Maaf. Tapi emang cuma itu yg bisa aku kasih tau

Menyebalkan sekali bukan? 
Tidak menyampaikan apa-apa, namun berspekulasi sepihak bahwa saya sudah tau apa yang dia maksud,-

Tak lama setelah berdebat panjang.
Kemudian sampai lah dia menelpon saya.
Memohon agar tidak perlu memikirkan apa yang dia katakan. 
Dan berujung dia minta kami agar sama-sama bersegera tidur, namun sialnya ternyata saya tidak bisa terlelap sedikit pun sampai pagi datang menjemput. 

Lebih sialnya lagi pagi hari yang datang adalah..
SENIN PAGI(!)

Okey, santai, tenang, ini bukan pertama kalinya kamu berangkat sekolah dalam keadan belum tidur sama sekali. Calm, everything's gonna be fine! 

Seperti ritual senin pagi pada umumnya, sebelum memulai kegiatan belajar mengajar, upacara pengibaran bendera akan dilaksanakan terlebih dahulu.

Kesialan bertubi-tubi nampaknya gemar sekali mengikuti saya hari itu. Karena dengan bodohnya saya lebih memilih untuk berusaha berangkat sangat pagi untuk menghindari teguran atau sekedar sapaan dari orang-orang juga pastinya orang tua saya, dikarenakan penampakan wajah saya yang super kacau balau padahal masih pagi. Sehingganya mengakibatkan saya jadi melewatkan jam sarapan. (hih dah lah)

Upacara+semalam habis menangis+kepikiran+tidak bisa tidur+tidak sarapan=......

Sontak semua orang langsung mengerumuni saya ketika tiba-tiba tubuh saya tidak seimbang dan nyaris mendaratkan bokong saya ke tanah jika tidak segera di tangkap. 

Berakhirlah saya terbaring di UKS.

————————————————————

Dan kejadian itu telah lama berlalu, namun sampai detik ini saya masih belum tau sebenarnya apa yang dia maksud malam itu. 

Ketika saya coba tanya, dia bilang dia lupa:"
Nanti akan saya coba tanya lagi. 

By the way, cerita di postingan kemarin tidak jadi saya lanjutkan, kelanjutannya biarkan menjadi draf saja. 




PANITIA PARKIR

"Jadi Panitia Parkir" 26 Juni 2019.



Malam harinya —setelah dia mengirimkan foto itu— ada acara sholawatan di dekat rumahnya.
Rumahnya... 
Emm bisa dibilang jauh dari rumah saya, tapi ga jauh-jauh amat. 
Dibilang dekat tapi ya jauh. 
Ya begitu lah. 


Awalnya saya sempat diajak sahabat saya (cewek) untuk pergi ke sana, dia memang biasa mengikuti kegiatan sholawat begitu, tapi sahabat saya tidak jadi berangkat, saya lupa karena apa. 
Lagi pula, sejujurnya saya juga kurang yakin akan diberi izin untuk berangkat. 


Dan ternyata dua sahabat saya (cowok) —yang temannya dia juga— berangkat kesana.
Saya pikir, tujuan mereka ya lebih condong untuk mau bertemu dengan dia gitu. Tapi saya baru sadar, mengapa mereka harus jauh-jauh kesana jika hanya ingin bertemu dia, toh bertemu dia bisa saja setiap hari jika mau, ya jelas mereka berdua ingin ikut menonton acara sholawatannya lah. (hadeh) 


Setelah kedua sahabat saya itu sampai di sana, tak lama kami ber-video call. Mereka masih di tempat parkir. Tak banyak yang bisa saya lihat, namanya juga malam hari, gelap. Yang jelas saya bisa ikut merasakan suasana —ditempat parkir— yang ramai di sana. Beberapa kali dia juga sempat menampakkan wajahnya, walau hanya sekedar ngaca membenarkan rambut (sok ganteng:p), ya karena saya juga yakin, dia pasti kesulitan kalau harus mengajak saya bicara, suara saya pasti sulit dia dengar lebih tepatnya. Dan yaa, beberapa kali dia harus kembali bertugas, memindahkan motor atau mengarahkan pengunjung yang baru datang untuk parkir.
Ntah mengapa menyenangkan juga menyimak kegiatan orang begitu, hehe. 


Sampailah pada waktu acara dimulai. Video call pun sudah terhenti beberapa menit yang lalu. Kedua sahabat saya pada mau buru-buru ngacir agar kebagian tempat untuk nonton. 


Sementaraa.... 
Yaaaaaaa! Dia ditinggal sendirian (:v)

Sehingganya saya yang waktu itu tidak jadi berangkat, ternyata disyukuri sama dia. Katanya "Untung kamu ga jadi datang kesini, kalo kamu ikut kesini, ga ada temen aku, kalo gini kan setidaknya aku ada teman chat." 


Jadilah, malam itu waktunya benar-benar hanya dia habiskan dengan memantau motor-motor di tempat parkir dan chattingan dengan saya, walau sesekali juga kulitnya disapa dengan nyamuk-nyamuk setempat. 


Kita banyak ngobrol, dia dengan berbagai pesan suaranya.
"Aku vn aja ya, mager mau ngetik," 
Haha, menyenangkan sekali malam itu. 
Banyak yang kami bicarakan. Dari yang penting sampai yang tidak penting sekalipun. 
Banyak juga foto maupun video yang dia kirimkan kesaya untuk memberitahu apa yang sedang dia lakukan. 



Banyak Foto-Fotoin Motor Orang Katanya.



Yaap itu salah satunya.
Aaaaah rasanya ingin saya tampilkan semua beserta video-videonya juga, kalau bisa beserta pesan-pesan suaranya, hehe, tapi menurut saya itu terlalu berarti untuk dibagi-bagi. Biar buat saya seorang saja. (ciee)
Haha apaan sih.


Huft tenang-tenang santai.


Nah kemudian setelah acara selesai, ternyata kedua sahabat saya menginap di rumah dia. (damn) 


Entah lah, saya tidak tau harus bereaksi bagaimana, mengingat kedua sahabat saya (yang sepertinya) tidak tahu kedekatan saya dengan dia (maksudnya kedekatan saling chattingan gitu).


Jadi ceritanya malam itu mereka pada masak-masak gitu sebelum tidur. Yaa 2 - 3 bungkus mie instan lumayan lah buat mengisi perut sebelum tidur. Disela-sela mereka masak saya sempat meminta salah satu sahabat saya untuk kembali nge-video call saya. Sekedar ingin merasakan saja suasana di sana. Keramaian mereka yang sebagian besar berisi cekcok serta candaan kerap kali membuat saya tersenyum menahan geli atau bahkan tertawa kecil. (soalnya sudah larut, takut orang rumah saya pada terganggu) 


Setelah mereka makan, video call pun disudahi. Dan yaa! Kedua sahabat saya juga jadi menangkap saya dengan dia yang nyatanya saling chattingan. 
Hingga akhirnya mereka pamit mau tidur. 


Kurang lebihnya begitu lah ceritanya ketika saya hanya mengandalkan yang masih tersisa di ingatan saya. 


Kelanjutannya bisa jadi saya share kesini lagi, namun bisa juga tidak, hehe. Lihat saja bagaimana maunya saya nanti. 
Okey! 




~

KITA


Kondangan Sampai Isya.  

KITA

Bukan 2 orang yang sedang jatuh cinta.
Kita hanya kebetulan dipertemukan.
Saat aku butuh teman bertukar cerita.
Sedangkan kamu butuh hiburan semata.

Selamat istirahat hati.

Sabtu, 13 Juli 2019.
Metro, Lampung.
23:51.
IF.
————————————————————

Tidak tidak tidak! 
Semua masih sama. 

Dia masih teman saya...
Yang tidak sengaja saling mengenal, namun dengan secara sadar memutuskan untuk berteman.
Yang mulai saya ketahui sejak masih berseragam putih-biru dari sahabat saya, namun baru mulai tahu yang mana orangnya ketika sudah berseragam putih-abu.
Yang pertemuan pertamanya di rumah sakit dekat sekolah saya, namun momen itu awalnya hanya diingat sepihak oleh saya.
Yang pertemuan ke-duanya tidak sengaja saya melihat dia lewat saat saya tengah berada pada acara di sekolahannya, namun dia tidak melihat saya.
Yang pertemuan ke-tiganya di acara pernikahan kakak dari sahabat saya yang juga teman dia, namun dia baru sadar bahwa itu bukan pertemuan pertama kami.
Yang keesokan harinya tiba-tiba nge-DM akun Instagram pribadi saya dan mengirimi saya nomor Whatsapp-nya dengan motif ingin meminta video rekaman dirinya saat bernyanyi duet di panggung dengan sahabat saya, pada kondangan tempo hari. 

Semua masih baik-baik saja, percayalah. 
Tidak ada yang berubah.
Jadilah teman yang baik seperti dia menjadi teman baik buatmu!

Huft..
Baik.. Baik.. 
Sudah cukup.
Semua harus saya bawa netral. 

Toh saya yang dari awal kekeh melabeli "kami" menjadi "teman" agar menghindari perasaan yang tidak-tidak kan? 

Kebanyakan mikir capek ah. 
Ini pasti karena banyak faktor. 
Tidak mungkin benar timbul rasa. 
Saya kan seharusnya sudah mati rasa. 
Perasaan saya sudah dikurung di tempat terpencil. 
Jadi tidak perlu khawatir.
Tidak mungkin mudah ditemukan.

Oo iyaa saya jadi ingin sedikit cerita tentang acara kondangan tempo hari. 

Saya datang bersama sahabat cowok. 
Dan sahabat saya di sana —yang kakaknya nikahan— juga cowok. 
Jadilah saya cewek sendiri.

Kalau tidak salah saya dan sahabat saya datang sehabis dzuhur. 
Sampai di sana makan dan lanjut mengobrol. 
Tak terasa ashar datang kemudian sampailah waktu menghantarkan dia datang ke kondangan itu juga. 
Dalam benak saya "Oh, yang waktu itu ketemu di rumah sakit"

Karena kedua sahabat saya memang mengenal dia, jadilah mau tidak mau saya juga ikutan nimbrung ke dalam obrolan mereka, dari pada saya diam saja kan.
Disambi dengan kedua sahabat saya yang makan (lagi), menemani dia yang baru datang,  karena dia tidak mau makan jika yang lain tidak makan. 
Saya tidak ikut-ikutan, bukan karena tidak diajak tentunya, bahkan dialog antar saya dan dia baru tercipta karena dia mengajak saya makan. Jadi saya memang tidak ingin makan lagi aja gitu. 

Hujan juga beberapa kali datang menyapa. 
Hingga mengurungkan niat kami untuk bersegera pulang.
Seakan Semesta mau kami lebih lama lagi bersanda-gurau.
Tanpa saya sadari, kaos kaki yang saya kenakan pada saat itu mulai mengeriputkan kulit kaki saya.
Sangking tidak sadarnya lagi, waktu lebih melesat cepat. 

Benar-benar tak menyangka langit mulai menggelap.
Dan kami masih belum beranjak dari sana. 
Entah sudah berapa pempek dan minuman sirup-sirupan telah ludes terjamah.
Yaa namanya juga ibarat tamu utama tuan rumah, walau tuan rumah yang dimaksud itu adik dari yang tengah duduk di pelaminan, hehe.

Yaa magrib pun lewat, sampai ke isya, seperti jam-jam sholat sebelumnya, isya pun mereka bergegas ke masjid, menyisakan saya —yang sedang tidak sholat— duduk sendiri seperti anak ilang yang mulai kedinginan karena udara sejuk selepas hujan masih tertinggal. 

Niatnya sehabis ini kami mau pamit pulang, namun tak disangka kepulangan kami dipersulit, awal mula tidak diizinkan pulang, kemudian disuruh menginap, sampai syarat boleh pulang kalau sudah menyumbangkan suara diatas panggung. 

Bagian ini tidak mau saya ceritakan, terlalu menggelikan. 
Yang jelas sampai keesokan harinya kaki saya masih pada bentol dan gatal.

Setelah menyelesaikan hal yang tentunya tak mau saya ulangi lagi, kami pun pamitan kemudian pulang.

Saya dan sahabat saya memang berangkat satu motor, dan dia berangkat dengan motor sendiri, akhirnya malah jadi sama-sama mengantar saya pulang.
Baru kemudian mereka berdua pulang beriringan.
Yaa, setelah baru beberapa kali tidak sengaja bertemu, dia langsung tau rumah saya :)


LUKA JANGAN?

OTW Menuju Tengah Malam.



Bodohnya kamu itu
Mengobati lukamu sendiri
Menyembuhkan traumamu sendiri
Membangkitkan dirimu sendiri
Kemudian ketika sudah sembuh total
Kamu biarkan (lagi) orang lain melukaimu.



~26° Badai Hujan~

Minggu, 07 Juli 2019.
Metro, Lampung. 
17:57.
IF. 

————————————————————

Jangan lah.
Dia baik kok. 
Sejauh ini semua Insyaallah masih aman. 
Saya tidak menyesali keputusan saya menjadikannya teman. 

Namun, saya rasa ada yang mengganjal dari pertemanan ini. 
Saya tidak mengerti dimana permasalahannya. 

Oh ayolah, apa yang salah sih? 
Saya yakin sekali semuanya masih baik-baik saja. 

Dia masih menjadi pendengar yang baik.
Begitu pula ketika saya butuh masukan, saran darinya masih jadi yang terbaik. 

Intensitas chattingan kami juga tidak berkurang, bahkan mungkin bertambah. 

Bahkan sesekali (bisa jadi sering) saya menyampaikan problematika yang saya hadapi melalui pesan suara berbelas-belas menit kadang pun berpuluh menit, dan dia masih saja senang hati mendengarkan dengan seksama hingga detik terakhir pesan suara saya. 

Saya yang kadang kala suka berceloteh mengekspresikan ketidak-jelasan yang melekat pada diri saya pun masih dengan sabar selalu dia tanggapi, bahkan kadang dengan tawa yang tentunya tidak bisa saya dengar (namanya juga chatting) maksud saya, dengan tidak sungkan dia mengatakan bahwa saya terlalu unik (katanya) dengan berbagai hal-hal tak terduga yang sering spontan saya sampaikan dan kerap kali membuatnya terkekeh bahkan terbahak.

Tak jarang pula perhatian-perhatian kecil dia sampaikan, seperti menyempatkan diri untuk mengingatkan waktu makan saya, bahkan waktu mandi saya dan omelan-omelan singkat pun tak segan dia sampaikan saat saya masih ingin bermalas-malasan.

Ahh iya, cerita-cerita kesehariannya pun masih terus dia update-kan untuk saya. 
Tentang kesehariaannya, tentang kesibukannya dalam organisasi, tentang teman-temannya, tentang guru-gurunya, tentang keluarganya —perlu kalian tahu, adik-adiknya sangat menggemaskan— (maaf ya saya bocorkan di media, habisnya saya sebegitu menyukai adik-adikmu), lalu bahkan tentang seseorang yang datang mengantar undangan ke tokonya ketika dia sedang tertidur sehingga membuatnya terbangun dengan sedikit merasa sebal. 

Lihat! 
Saya masih menikmati semua itu. 
Tidak ada yang salah bukan? 
Semuanya benar baik-baik sajakan?
Lantas apa makna rasa mengganjal ini? 


~

TEMAN

Bukan Endorse. 



Teman.

Kata itu yang baru-baru ini selalu saya tekankan padanya.
(lebih tepatnya pada diri sendiri)

Cowok yang; 
Pengertian
Humble
Mudah berkomunikasi
Ga bertele-tele
Enjoy
Seru
Lucu
Humoris
Penyabar (dalam menghadapi kekonyolan saya) 

Hanya saja dia baik kesemua orang.
Saya jadi takut, bagaimana jika dia adalah salah satu oknum pemberi harapan palsu?

Malam itu dia mengaku akan selalu berusaha untuk tak mengecewakan saya.

"Gini, aku ga mungkin ninggalin kawan aku yg udah cerita apa² ke aku, dan aku bakalan cerita apa² ke kamu juga gitu loh, dan insyaallah aku ga buat kamu kecewa dan aku ga mau juga buat kamu kecewa"

Ungkapnya begitu beberapa waktu lalu, namun entah takdir akan mengungkapkan apa dilain hari nantinya.

Rabu, 03 Juli 2019.
Metro, Lampung
09:50.
IF.

————————————————————

Ya, setelah sekian banyak ini itu yang saya lewati dalam hidup, berujunglah langkah saya pada pertemuan kami.

Berawal dari tidak mengenal, jadi tidak sengaja mengenal, hingga tiba-tiba malah jadi mengubek-ubek lebih dalam kehidupan saya.

Berawal hanya dari tau namanya, jadi oh, itu orangnya, hingga notifikasi atas namanya kerap kali muncul pada aplikasi chatting diponsel saya.

Tak seringkas pertemanan pada umumnya yang terjalin secara mengalir. Entah dapat ilham dari mana, pertemanan kami benar-benar tercetus secara resmi, begitupun dengan tahapan interview semi formal semacam "Apa tujuanmu? -dan sebagainya- yang juga kami lakukan sebelum akhirnya saya memutuskan untuk resmi berteman dengannya. 

Percaya atau tidak, saya benar-benar mengatakan padanya "Baiklah sekarang kamu resmi menjadi temanku"

Unik? Mungkin lebih tepat jika disebut Aneh dari pada Unik.

Entahlah, hanya saja dari awal saya merasa perlu berhati-hati dalam menerimanya untuk masuk kedalam circle kehidupan saya. Mungkin bisa jadi karena desakan dari kedua sahabat saya yang lebih dulu mengenalnya, atau malah karena memang pernah ada luka teramat dalam yang masih menyisakan bekas di hati saya.

Terlebih lagi ia adalah lawan jenis buat saya. 
Membuat kemungkinan-kemungkinan yang tidak saya inginkan bisa saja terjadi.

Jatuh hati misalnya.

Yaa, setidaknya saya hanya berusaha meminimalisir kemungkinan sakit hati terjadi lagi pada diri saya. Tak mengapa bukan? Karena siapa lagi jika bukan diri saya sendiri yang menjaga stabilitas kesehatan hati saya? 


~


HEYOOWW!

Pokoknya Ini Foto. 

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Salam literasi. 

Yaaa seperti yang kita ketahui, wabah yang tengah melanda Ibu Pertiwi,  membuat kita harus bersama-sama menerapkan sistem Physical Distancing yang diberlakukan oleh pemerintah sejak tanggal 23 Maret 2020. Sehingganya, mengharuskan kita untuk tetap beraktifitas #dirumahsaja.

Tidak banyak yang ingin saya bicarakan tentang pandemi ini, hanya saja pandemi ini sedikit banyak juga mengambil peran dalam terciptanya blog ini. 

Yap, baiklah. 
Karena adanya penerapan sistem #dirumahsaja, membuat saya kembali terpacu untuk meneruskan dunia tulis-menulis yang beberapa tahun belakangan ini sempat saya acuhkan. 

Entahlah, mungkin beberapa dari kalian sudah ada yang tahu bahwa saya sempat bergelut di dunia per-Wattpad-an beberapa waktu lalu (Coretan Harian-Wattpad). Dan saya ingin mencoba melanjutkannya disini. 

Sebenarnya ga mau nulis yang gimana-gimana kok, niatnya cuma mau catat pengalaman sehari-sehari aja. Entah itu pengalaman terdahulu, atau pengalaman yang baru-baru. Biar kalau udah tua, bisa dibaca-baca lagi gitu, soal emang suka lupaan sih orangnya, hehe. 
Sekalian buat isi waktu luang juga kan yaa. 

Baiklah!
Pertama-tama, baik yang udah kenal atau belum, izin memperkenalkan diri (aseek..)
Panggil aja Na/Ga/Gon 🐉
Masih kecil tapi udah gede (loh loh gimana?)
Penulis iseng yang punya mimpi serius^^
Terkadang tidak punya kuota, maapkeun:"
Dah gitu aja. 
Thanks sudah mampir daan... 
Salam kenal >o<)/

~