TEMAN

Bukan Endorse. 



Teman.

Kata itu yang baru-baru ini selalu saya tekankan padanya.
(lebih tepatnya pada diri sendiri)

Cowok yang; 
Pengertian
Humble
Mudah berkomunikasi
Ga bertele-tele
Enjoy
Seru
Lucu
Humoris
Penyabar (dalam menghadapi kekonyolan saya) 

Hanya saja dia baik kesemua orang.
Saya jadi takut, bagaimana jika dia adalah salah satu oknum pemberi harapan palsu?

Malam itu dia mengaku akan selalu berusaha untuk tak mengecewakan saya.

"Gini, aku ga mungkin ninggalin kawan aku yg udah cerita apa² ke aku, dan aku bakalan cerita apa² ke kamu juga gitu loh, dan insyaallah aku ga buat kamu kecewa dan aku ga mau juga buat kamu kecewa"

Ungkapnya begitu beberapa waktu lalu, namun entah takdir akan mengungkapkan apa dilain hari nantinya.

Rabu, 03 Juli 2019.
Metro, Lampung
09:50.
IF.

————————————————————

Ya, setelah sekian banyak ini itu yang saya lewati dalam hidup, berujunglah langkah saya pada pertemuan kami.

Berawal dari tidak mengenal, jadi tidak sengaja mengenal, hingga tiba-tiba malah jadi mengubek-ubek lebih dalam kehidupan saya.

Berawal hanya dari tau namanya, jadi oh, itu orangnya, hingga notifikasi atas namanya kerap kali muncul pada aplikasi chatting diponsel saya.

Tak seringkas pertemanan pada umumnya yang terjalin secara mengalir. Entah dapat ilham dari mana, pertemanan kami benar-benar tercetus secara resmi, begitupun dengan tahapan interview semi formal semacam "Apa tujuanmu? -dan sebagainya- yang juga kami lakukan sebelum akhirnya saya memutuskan untuk resmi berteman dengannya. 

Percaya atau tidak, saya benar-benar mengatakan padanya "Baiklah sekarang kamu resmi menjadi temanku"

Unik? Mungkin lebih tepat jika disebut Aneh dari pada Unik.

Entahlah, hanya saja dari awal saya merasa perlu berhati-hati dalam menerimanya untuk masuk kedalam circle kehidupan saya. Mungkin bisa jadi karena desakan dari kedua sahabat saya yang lebih dulu mengenalnya, atau malah karena memang pernah ada luka teramat dalam yang masih menyisakan bekas di hati saya.

Terlebih lagi ia adalah lawan jenis buat saya. 
Membuat kemungkinan-kemungkinan yang tidak saya inginkan bisa saja terjadi.

Jatuh hati misalnya.

Yaa, setidaknya saya hanya berusaha meminimalisir kemungkinan sakit hati terjadi lagi pada diri saya. Tak mengapa bukan? Karena siapa lagi jika bukan diri saya sendiri yang menjaga stabilitas kesehatan hati saya? 


~


0 komentar:

Posting Komentar